Minggu, 19 Mei 2019

Kesenian Topeng Banjet



TOPENG BANJET



Topeng Banjet  yang berdiri kurang lebih pada tahun 1900 di daerah karawang  biasa disebut Topeng  saja, ditambah dengan nama pemimpinnya atau ronggengnya  yang terkenal, seperti  Topeng  Asmu artinya topeng yang dipimpin oleh Bapak Asmu,  dan Topeng Nyi Maya artinya topeng yang memiliki ronggeng bernama Nyimaya dan lain-lain.Adapun mengenai Topeng Banjet yaitu topeng yang diikuti dengan kata banjet menurut sepengetahuan tokoh - tokoh kesenian Topeng  Banjet.
Pada mulanya muncul di daerah Cilamaya, Pamanukan dan di daerah pesisir timur lainnya.  Penambahan kata Banjet pada kesenian karawang ini untuk membedakan dengan jenis – jenis  topeng – topeng lainnya yang sama sering ngamen di daerah jawa barat atau  khusunya priangan  pada musim baru cina. Topeng banjet merupakan kesenian khas karawang pada masa kejayaan dari tahun 1912 – 1920 yang sangat digemari seperti masa jayanya, topeng banjet daya asmara ali saban (agus saban) dan grup topeng sinar pusaka warna pendul (abah jaya) karena mempertahankan tradisinya. Sampai saat ini topeng banjet tetap berkembang walaupun tidak dipungkiri bahwa ada juga beberapa grup yang memadukan warna dan gaya kreasi sendiri dalam bentuk penyajian.
Adanya perubahan pola pikir dalam perkembangan masyarakat Karawang menuju kota industri dan berkembangnya kesenian baru, maka secaran tidak langsung berdampak pada penurunan daya apresiasi dari masyarakat penggemarnya pada saat ini.
Istilah topeng banjet menurut Agus Saban,yang mengutip dari keterangan Ali Saban, bahwa istilah banjet merupakan penyempurnaan dari bancet, dimana saat topeng Ali dan ma ijem (1950) pentas di Majalaya Bandung, masyarakat penggemarnya memanggil yang artinya menurut mereka, bahwa dalam musik pembukaan (tatalu) yang berpadu dengn vokal (sengak a,eu,u,eu) didengar dari kejauhan seperti bancet besahutan. Maka masyarakat memberikan istilah topeng bancet Ali olol, yang disempurnakan Ali Sabanmenjadi topeng banjet Ali Saban, yang sekarang grup Daya Asmara.


Rias dan Busana dalam penyajian tarian Topeng Banjet, dan kostum pangrawit sangat sederhana sekali masih tetap menggunakan rias dan busana tradisi yang secara turun temurun diwariskan. Namun banyak perubahan pada bagian asesoris, dimana rias dan busana ditata rapih dengan baik, apabila ada pertunjukan undangan dari tingkat provinsi dan tingkat Nasional, maka group menyewa kostum sesuai kebutuhan pesanan, bahkan rias dan penarinya berubah dikondisikan.
Seni tradisi mewakili salah satu identitas diri dari suatu daerah, yang dikenal dengan ciri dan gaya dari setiap kearifan lokal budaya daerahnya.Kesenian topeng banjet memiliki kekhasan tersendiri berbeda dengan kesenian lainnya yang berkembang di Karawang, pada saat ini keberadaan 4 group yaitu group Topeng Sinar Pusaka Warna Pendul Tempuran (abah jaya), Daya Amara (agus saban), Baskom, Grup Aa Gober generasi Ma Ijem, dan banyak group topeng lainnya.
Kesenian Topeng Banjet ini terdiri dari unsur penataan gending, tarian, dan cerita (lakon) yang  berfungsi untuk acara syukuran hasil panen, ruwatan, hiburan dalam acara khitanan, pernikahan, dan acara pemerintahan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah kesenian Topeng Banjet ini merupakan bahan pengkayaan pendekumentasian seni budaya tradisi Jawa Barat.
Memang pada masa sekarang dalam pementasan kesenian Topeng  Banjet  tidak ada pemain yang memakai Topeng  namun pada masa silam yang disebut Topeng  Banjet  itu dalam sebagian pementasanya ada yang menggunakan Topeng, yaitu pada babak Ngajantuk  dan babak Ngedok. Pemakaian Topeng  ini hanya sampai tahun 1949, sebab semenjak itu dilarang oleh penguasa setempat pada masa itu (Batalyon X). Dengan dihapusnya pemakaian Topeng  itu maka hapuslah babak  Ngajantuk  itu sampai sekarang. Walaupun demikian pemakaian kata Topeng tetap dipakai untuk penamaan kesenian Topeng  Banjet.


Topeng  Banjet merupakan salah satu  kesenian teater tradisional yang serumpun dengan Topeng Betawi, Topeng tambun, Topeng Bekasi, dan Topeng cisalak, pertunjukan Topeng Banjet terbagi dalam beberapa bagian babak, yaitu pertama aktraksi musik, musik dan lagu, ronggeng menari bobodoran dan cerita. Cirita-cerita dalam kesenian ini  yaitu cerita roman, cerita sejarah, cerita legenda, penampilan cerita dalam pertunjukan ini khususnya dalam cerita selalu disertai gerak-gerak pencak silat. Gerak-gerak pencak ini diambil dari aliran cimande, serah, sabandar.
Sekaitan dengan itu dilihat dari perkembangannya, gerakan pencak pada cerita topeng ini lebih mengandung nilai-nilai hiburan dan pendidikan, tapi juga dibawakan dengan gaya humor yang memikat. Terutama pada Ibing Pencak  sebelum membawakan lakon cerita bersifat roman yang dapat menghibur penonton.  Kedudukan ibing pencak pada Topeng ini dapat dikatakan sebagai tarian yang senantiasa harus disajikan pada setiap pergelarannya. Ibing pencak ini dimakasudkan untuk bubuka atau  untuk mengantarkan peran (tokoh) pada setiap pelaku dalam cerita yang dibawakan. Pada intinya ibing pencak ini gerakannya digunakan atau dijadikan pijakan bagi para tokoh hitam dan putih sebagai penggambaran yang jahat dan yang baik. Mengamati perkembangan zaman tentang  keunikan-keunikan yang terdapat pada pertunjukan topeng pendul terutama pada ibing pencaknya pada aliran-aliran  tersebut tidak memiliki pakem pakem yang sama karena sudah dikembangkan, terlihat dari aliran cimande mesikipun mengacu  pada aliran tersebut  bahwa  lakon yang dibawakan  lebih kepada gerak pencak silat raehan karena sudah mengalami perkembangan dari sumber.







Nama : Tiara Amelia
NIM : 18123100
Sumber : Agus Sukmana, 1993, Skripsi Topeng Banjet Suatu tinjauan Unsur Musikal,  STI Surakarta.
Abdul Aizidkk, 1989, Skripsi Topeng Banjet Karawang, ASTI Bandung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar