TOPENG BANJET
Topeng Banjet yang
berdiri kurang lebih pada tahun 1900 di daerah karawang biasa disebut Topeng saja, ditambah dengan nama pemimpinnya atau
ronggengnya yang terkenal, seperti Topeng
Asmu artinya topeng yang dipimpin oleh Bapak Asmu, dan Topeng Nyi Maya artinya topeng yang
memiliki ronggeng bernama Nyimaya dan lain-lain.Adapun mengenai Topeng Banjet
yaitu topeng yang diikuti dengan kata banjet menurut sepengetahuan tokoh -
tokoh kesenian Topeng Banjet.
Pada mulanya muncul di daerah Cilamaya, Pamanukan dan di
daerah pesisir timur lainnya. Penambahan
kata Banjet pada kesenian karawang ini untuk membedakan dengan jenis –
jenis topeng – topeng lainnya yang sama
sering ngamen di daerah jawa barat atau
khusunya priangan pada musim baru
cina. Topeng banjet merupakan kesenian khas karawang pada masa kejayaan dari
tahun 1912 – 1920 yang sangat digemari seperti masa jayanya, topeng banjet daya
asmara ali saban (agus saban) dan grup topeng sinar pusaka warna pendul (abah
jaya) karena mempertahankan tradisinya. Sampai saat ini topeng banjet tetap
berkembang walaupun tidak dipungkiri bahwa ada juga beberapa grup yang
memadukan warna dan gaya kreasi sendiri dalam bentuk penyajian.
Adanya perubahan pola pikir dalam perkembangan masyarakat
Karawang menuju kota industri dan berkembangnya kesenian baru, maka secaran
tidak langsung berdampak pada penurunan daya apresiasi dari masyarakat
penggemarnya pada saat ini.
Istilah topeng banjet menurut Agus Saban,yang mengutip dari
keterangan Ali Saban, bahwa istilah banjet
merupakan penyempurnaan dari bancet,
dimana saat topeng Ali dan ma ijem (1950) pentas di Majalaya Bandung,
masyarakat penggemarnya memanggil yang artinya menurut mereka, bahwa dalam
musik pembukaan (tatalu) yang berpadu dengn vokal (sengak a,eu,u,eu) didengar dari kejauhan seperti bancet besahutan.
Maka masyarakat memberikan istilah topeng bancet Ali olol, yang disempurnakan
Ali Sabanmenjadi topeng banjet Ali Saban, yang sekarang grup Daya Asmara.
Rias dan Busana dalam penyajian tarian Topeng Banjet, dan
kostum pangrawit sangat sederhana sekali masih tetap menggunakan rias dan
busana tradisi yang secara turun temurun diwariskan. Namun banyak perubahan
pada bagian asesoris, dimana rias dan busana ditata rapih dengan baik, apabila
ada pertunjukan undangan dari tingkat provinsi dan tingkat Nasional, maka group
menyewa kostum sesuai kebutuhan pesanan, bahkan rias dan penarinya berubah
dikondisikan.
Seni tradisi mewakili salah satu identitas diri dari suatu
daerah, yang dikenal dengan ciri dan gaya dari setiap kearifan lokal budaya
daerahnya.Kesenian topeng banjet memiliki kekhasan tersendiri berbeda dengan
kesenian lainnya yang berkembang di Karawang, pada saat ini keberadaan 4 group
yaitu group Topeng Sinar Pusaka Warna Pendul Tempuran (abah jaya), Daya Amara (agus
saban), Baskom, Grup Aa Gober generasi Ma Ijem, dan banyak group topeng
lainnya.
Kesenian Topeng Banjet ini terdiri dari unsur penataan
gending, tarian, dan cerita (lakon) yang
berfungsi untuk acara syukuran hasil panen, ruwatan, hiburan dalam acara
khitanan, pernikahan, dan acara pemerintahan. Hal lain yang tidak kalah
pentingnya adalah kesenian Topeng Banjet ini merupakan bahan pengkayaan
pendekumentasian seni budaya tradisi Jawa Barat.
Memang pada masa sekarang dalam pementasan kesenian
Topeng Banjet tidak ada pemain yang memakai Topeng namun pada masa silam yang disebut
Topeng Banjet itu dalam sebagian pementasanya ada yang
menggunakan Topeng, yaitu pada babak Ngajantuk
dan babak Ngedok. Pemakaian Topeng
ini hanya sampai tahun 1949, sebab semenjak itu dilarang oleh penguasa
setempat pada masa itu (Batalyon X). Dengan dihapusnya pemakaian Topeng itu maka hapuslah babak Ngajantuk
itu sampai sekarang. Walaupun demikian pemakaian kata Topeng tetap dipakai untuk penamaan kesenian Topeng Banjet.
Topeng Banjet
merupakan salah satu kesenian teater
tradisional yang serumpun dengan Topeng Betawi, Topeng tambun, Topeng Bekasi,
dan Topeng cisalak, pertunjukan Topeng Banjet terbagi dalam beberapa bagian
babak, yaitu pertama aktraksi musik, musik dan lagu, ronggeng menari bobodoran
dan cerita. Cirita-cerita dalam kesenian ini
yaitu cerita roman, cerita sejarah, cerita legenda, penampilan cerita
dalam pertunjukan ini khususnya dalam cerita selalu disertai gerak-gerak pencak
silat. Gerak-gerak pencak ini diambil dari aliran cimande, serah, sabandar.
Sekaitan dengan itu dilihat dari perkembangannya, gerakan
pencak pada cerita topeng ini lebih mengandung nilai-nilai hiburan dan
pendidikan, tapi juga dibawakan dengan gaya humor yang memikat. Terutama pada
Ibing Pencak sebelum membawakan lakon
cerita bersifat roman yang dapat menghibur penonton. Kedudukan ibing pencak pada Topeng ini dapat
dikatakan sebagai tarian yang senantiasa harus disajikan pada setiap
pergelarannya. Ibing pencak ini dimakasudkan untuk bubuka atau untuk mengantarkan peran (tokoh) pada setiap
pelaku dalam cerita yang dibawakan. Pada intinya ibing pencak ini gerakannya
digunakan atau dijadikan pijakan bagi para tokoh hitam dan putih sebagai penggambaran
yang jahat dan yang baik. Mengamati perkembangan zaman tentang keunikan-keunikan yang terdapat pada
pertunjukan topeng pendul terutama pada ibing pencaknya pada aliran-aliran tersebut tidak memiliki pakem pakem yang sama
karena sudah dikembangkan, terlihat dari aliran cimande mesikipun mengacu pada aliran tersebut bahwa
lakon yang dibawakan lebih kepada
gerak pencak silat raehan karena sudah mengalami perkembangan dari sumber.
Nama : Tiara Amelia
NIM : 18123100
Sumber : Agus Sukmana, 1993,
Skripsi Topeng Banjet Suatu tinjauan Unsur Musikal, STI Surakarta.
Abdul Aizidkk, 1989, Skripsi
Topeng Banjet Karawang, ASTI Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar