Minggu, 26 Mei 2019

Kesenian Sisingaan

SISINGAAN


·         Pengertian
Sisingaan merupakan salah satu kekayaan budaya dalam bentuk seni tradisional yang berasal dari daerah Subang, Jawa Barat. Kesenian ini juga dikenal dengan sebutan Gotong Singa atau Odong-odong. Sampai sekarang, seni tradisioal ini masih berkembang dengan baik di daerah Subang, bahkan kesenian ini sudah terkenal sampai ke manca negara. Kesenian Sisingaan telah dimainkan oleh rakyat Subang pada saat melawan penjajah sebagai simbol pelecehan terhadap penjajah, yang melambangkan bahwa rakyat Subang tidak takut melawan penjajah pada saat itu. Saat ini, kesenian Sisingaan dimainkan untuk acara-acara khusus seperti acara menerima tamu kehormatan, acara khitanan anak, acara hari-hari besar dan sebagainya. Kabupaten Subang mengadakan festival Sisingaan pada tanggal 5 April setiap tahunnya diikuti oleh semua kecamatan yang ada di Subang untuk memeriahkan acara peringatan hari jadi Kabupaten Subang.
·         Sejarah
Seni pertunjukan Sisingaan berasal dari Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kabupaten Subang sebagai salah satu kabupaten di kawasan utara Provinsi Jawa Barat  Awal munculnya sisingaan hingga pada masa sekarang adalah singa abrug. Singa abrug adalah permainan Sisingaan yang dimainkan oleh pemain yang aktif menari ke sana kemari dan patung singa yang dimainkannya seperti akan diadu. Singa abrug pertama kali berkembang di daerah Tambakan Kecamatan Jalan Cagak. Sisingaan dibuat dengan sangat sederhana, muka dan kepala singa dibuat dari kayu ringan seperti kayu randu atau albasiah, rambut Sisingaan dibuat dari bunga atau daun kaso dan daun pinus. Sedangkan badan Sisingaan terbuat dari carangka (kerajinan anyaman bambu) yang besar dan ditutupi oleh karung kadut (karung goni) atau ada pula yang dibuat dari kayu yang masih utuh atau kayu gelondongan. Untuk usungan Sisingaan dibuat dari bambu yang dipikul oleh empat orang.
KARAKTERISTIK
1. Komponen Sisingaan
Pertunjukan Sisingaan pada dasarnya dimulai dengan tetabuhan musik yang dinamis. Lalu diikuti oleh permainan Sisingaan oleh penari pengusung sisingaan, lewat gerak antara lain: Pasang/Kuda-kuda, Bangkaret, Masang/Ancang-ancang, Gugulingan, Sepakan dua, Langkah mundur, Kael, Mincid, Ewag, Jeblag, Putar taktak, Gendong Singa, Nanggeuy Singa, Angkat jungjung, Ngolecer,Lambang, Pasagi Tilu, Melak cau, Nincak rancatan, dan Kakapalan. Sebagai seni Helaran, Sisingaan bergerak terus mengelilingi kampung, desa, atau jalanan kota, sampai akhirnya kembali ke tempat semula. Didalam perkembangannya, musik pengiring lebih dinamis, dan melahirkan musik Genjring Bonyok dan juga Tardug.

2. Peralatan yang digunakan dalam Sisingaan

Peralatan yang digunakan dalam Sisingaan

Peralatan yang digunakan dalam permainan sisingaan antara lain:

  • Dua atau empat buah usungan boneka singa. Rangka dan kepala usungan boneka-boneka singa terbuat dari kayu dan bambu yang dibungkus dengan kain serta diberi tempat duduk di atas punggungnya. Bulu-bulu yang ada di kepala maupun ekor dibuat dari benang raffia sehingga bersifat permanen dan dapat digunakan berkali-kali. Pada awal munculnya Sisingaan, usungan yang berbentuk singa ini terbuat dari kayu dengan bulu dari kembang kaso dan biasanya dibuat secara dadakan pada waktu akan mengadakan pertunjukan sehingga bersifat tidak permanen dan hanya sekali pakai.
  • Waditra yang terdiri dari: dua buah kendang besar (kendang indung dan kendang anak), terompet, tiga buah ketuk (bonang), kentrung (kulanter), gong kecil, dan kecrek. -
  • busana pemain yang terdiri dari celana kampret/pangsi, ikat barangbang semplak, baju taqwa dan alas kaki tarumpah atau salompak.

3. Pemain Sisingaan

Pemain dalam pertunjukan seni tradisional Sisingaan
Sisingaan terdiri dari 8 orang pengusung Sisingaan, sepasang patung Sisingaan, penunggang Sisingaan, waditra, nayaga, dan sinden atau juru kawih. Secara filosofis, 4 orang pengusung Sisingaan melambangkan masyarakat pribumi yang ditindas oleh kaum penjajah, sepasang patung Sisingaan melambangkan 2 penjajah (Belanda dan Inggris), penunggang Sisingaan melambangkan generasi muda yang suatu saat harus mampu mengusir penjajah, dan nayaga melambangkan mayarakat yang gembira atau masyarakat Subang yang berjuang dan memberi motivasi terhadap generasi muda untuk dapat mengalahkan dan mengusir penjajah dari tanah air mereka.
Para pemain ini adalah orang-orang yang mempunyai keterampilan khusus, baik dalam menari maupun memainkan waditra. Keterampilan khusus itu perlu dimiliki oleh setiap pemain karena dalam sebuah pertunjukan sisingaan yang bersifat kolektif diperlukan suatu tim yang solid agar semua gerak tari yang dimainkan sambil menggotong boneka singa dapat selaras dengan musik yang dimainkan oleh para nayaga

CARA PEMENTASAN

1. Sisingaan diawali dengan kata-kata sambutan yang dilakukan oleh pemimpin kelompok.
2. Anak yang akan dikhitan atau tokoh masyarakat yang akan diarak dipersilahkan untuk menaiki boneka singa.
3. Alat pengiring ditabuh dengan membawakan lagu-lagu yang berirama dinamis sebagai tanda dimulainya pertunjukan.
4. 8 orang pemain akan mulai menggotong dua buah boneka singa (satu boneka digotong oleh 4 orang).
5. Pemimpin kelompok memberikan aba-aba kepada para pemain untuk melakukan gerakan tarian secara serempak dan akrobatis.
6. Lagu-lagu yang dimainkan sebagai pengiring tarian biasanya diambil dari lagu kesenian Sunda
7. Sisingaan dilakukan sambil mengelilingi kampung hingga akhirnya kembali ke tempat semula. Dengan sampainya pada penari ke tempat semula, maka pertunjukan Sisingaan berakhir.


Penulis : Sena Subagja
Nim      : 18123089

Gambar :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar