Senin, 03 Juni 2019

Kesenian Lais

LAIS




Lais ?
Lais merupakan suatu jenis pertunjukan rakyat di Jawa Barat yang mirip akrobat. Tetapi, karena kegiatan apapun dalam masyarakat Sunda tradisional ini selalu tidak lepas dari kepercayaan penduduknya, maka keterampilan akrobatik yang dilakukan oeh pemain – pemain lais itu pun dipercaya mendapat bantuan gaib. Selain itu, tentu saja lais juga diberi nafas seni dengan dimasukannya tetabuhan dan dilantunkannya lagu – lagu selama pertunjukan.
Pertunjukan lais terutama mempertontonkan keterampilan satu atau dua orang pemain lais yang berjalan atau duduk di atas tali tambang yang direntangkan di antara dua ujung bambu. Tali tambang tersebut selalu bergoyang dan bambunya pun bergerak gerak selagi menyangga beban dan gerakan pemain lais tersebut.
Lais terdapat di Kabupaten Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Cirebon, dan Bandung. Lais dapat disaksikan pada acara – acara kenegaraan, hajatan, pernikahan ataupun khitanan.
Pertunjukan
Pertunjukan kesenian akrobatik dimana seorang pemain bermain diatas seutas tali yang memiliki panjang 6 meter yang terbentang dan di ikat diantara dua buah bambu yang ketinggian bambu tersebut sekitar 12 – 13 meter. Kesenian ini sudah ada sejak zaman belanda, tepatnya di kampung Nangka Pait, Kec. Sukawening, Garut, Jawa Barat. Nama kesenian ini diambil dari seseorang bapak - bapak bernama “Laisan” yang terampil dalam memanjat pohon kelapa, yang sehari – harinya dipanggil Pak Lais.
Pertunjukan yang ditampilkan pertama – tama pelais memanjat bambu lalu berpindah ke tambang sambil menari dan berputar di atas tali tanpa menggunakan sabuk pengaman yang di iringi dengan musik kendang pencak, reog, terompet dan dog – dog. Kesenian ini mempertontonkan ketangkasan pemainnya dan sebenarnya hampir mirip dengan akrobat yang ada di acara sirkus. Pemain Lais yang beratraksi dapat membuat penonton terpesona karena selalu membuat atraksi ini berdebar – debar.
Kesejarahan
Sejarah dari kesenian Lais ini terinspirasi dari cara Pak Lais dalam memanjat pohon kelapa sangatlah berbeda dengan kebanyakan orang. Jika orang lain memanjat satu per satu pohon kelapa, namun beliau hanya memanjat sekali saja untuk mengambil kelapa dari beberapa pohon. Caranya setelah memanjat pohon kelapa dan mengambil kelapa, beliau tidak hanyak langsung turun, namun ia mencari pelapah pohon kelapa lainnya dan langsung berayun untuk berpindah tempat begitu seterusnya. Karena keahliannya ini, beliau selalu di panggil untuk memetik kelapa oleh warga kampung. Tak dielakan keterampilannya ini selalu menjadi tontonan masyarakat, terutama anak – anak. Terkadang orang yang menonton tidak hanya bersorak sorai namun membunyikan tabuhan sambil menari.

Penulis : Ramadhan Purwa Gumilar
Nim : 18123105
Sumber materi : “Khasanah Kesenian Daerah Jawa Barat”. 1982 . Karya Atik Soepandi dan Enoch Atmadibrata.

Sumber dokumentasi : - digarut.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar